22.35

Gunung Berapi

Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang dapat didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan pada saat meletus.

DAFTAR GUNUNG BERAPI DI INDONESIA :


Lebih lanjut, istilah gunung api ini juga dipakai untuk menamai fenomena pembentukan ice volcanoes atau gunung api es dan mud volcanoes atau gunung api lumpur. Gunung api es biasa terjadi di daerah yang mempunyai musim dingin bersalju, sedangkan gunung api lumpur dapat kita lihat di daerah Kuwu, Purwodadi, Jawa Tengah. Masyarakat sekitar menyebut fenomena di Kuwu tersebut dengan istilah Bledug Kuwu

Gunung berapi terdapat di seluruh dunia, tetapi lokasi gunung berapi yang paling dikenali adalah gunung berapi yang berada di sepanjang busur Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire). Busur Cincin Api Pasifik merupakan garis bergeseknya antara dua lempengan tektonik.

Gunung berapi terdapat dalam beberapa bentuk sepanjang masa hidupnya. Gunung berapi yang aktif mungkin berubah menjadi separuh aktif, istirahat, sebelum akhirnya menjadi tidak aktif atau mati. Bagaimanapun gunung berapi mampu istirahat dalam waktu 610 tahun sebelum berubah menjadi aktif kembali. Oleh itu, sulit untuk menentukan keadaan sebenarnya daripada suatu gunung berapi itu, apakah gunung berapi itu berada dalam keadaan istirahat atau telah mati.

Apabila gunung berapi meletus, magma yang terkandung di dalam kamar magmar di bawah gunung berapi meletus keluar sebagai lahar atau lava. Selain daripada aliran lava, kehancuran oleh gunung berapi disebabkan melalui berbagai cara seperti berikut:

* Aliran lava.
* Letusan gunung berapi.
* Aliran lumpur.
* Abu.
* Kebakaran hutan.
* Gas beracun.
* Gelombang tsunami.
* Gempa bumi.

22.28

Gunung Merapi

Merapi adalah nama sebuah gunung berapi di provinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta, Indonesia yang masih sangat aktif hingga saat ini. Sejak tahun 1548, gunung ini sudah meletus sebanyak 68 kali. Letaknya cukup dekat dengan Kota Yogyakarta dan masih terdapat desa-desa di lerengnya sampai ketinggian 1700 m. Bagi masyarakat di tempat tersebut, Merapi membawa berkah material pasir, sedangkan bagi pemerintah daerah, Gunung Merapi menjadi obyek wisata bagi para wisatawan. Kini Merapi termasuk ke dalam kawasan Taman Nasional Gunung Merapi.

Sejarah geologis

Gunung Merapi adalah yang termuda dalam kumpulan gunung berapi di bagian selatan Pulau Jawa. Gunung ini terletak di zona subduksi, dimana Lempeng Indo-Australia terus bergerak ke bawah Lempeng Eurasia. Letusan di daerah tersebut berlangsung sejak 400.000 tahun lalu, dan sampai 10.000 tahun lalu jenis letusannya adalah efusif. Setelah itu, letusannya menjadi eksplosif, dengan lava kental yang menimbulkan kubah-kubah lava.

Letusan-letusan kecil terjadi tiap 2-3 tahun, dan yang lebih besar sekitar 10-15 tahun sekali. Letusan-letusan Merapi yang dampaknya besar antara lain di tahun 1006, 1786, 1822, 1872, dan 1930. Letusan besar pada tahun 1006 membuat seluruh bagian tengah Pulau Jawa diselubungi abu. Diperkirakan, letusan tersebut menyebabkan kerajaan Mataram Kuno harus berpindah ke Jawa Timur. Letusannya di tahun 1930 menghancurkan 13 desa dan menewaskan 1400 orang.

Letusan pada November 1994 menyebabkan hembusan awan panas ke bawah hingga menjangkau beberapa desa dan memakan korban puluhan jiwa manusia. Letusan 19 Juli 1998 cukup besar namun mengarah ke atas sehingga tidak memakan korban jiwa. Catatan letusan terakhir gunung ini adalah pada tahun 2001-2003 berupa aktivitas tinggi yang berlangsung terus-menerus.

Rute pendakian

Gunung Merapi merupakan obyek pendakian yang populer, karena gunung ini merupakan gunung yang sangat mempesona. Jalur pendakian yang paling umum dan dekat adalah melalui sisi utara dari Sèlo, satu kecamatan di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, yang terletak di antara Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Pendakian melalui Selo memakan waktu rata-rata 5 jam hingga ke puncak.

Jalur populer lain adalah melalui Kaliurang, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta di sisi selatan. Jalur ini lebih terjal dan memakan waktu sekitar 6-7 jam hingga ke puncak. Jalur alternatif yang lain adalah melalui sisi barat laut, dimulai dari Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah dan melalui sisi tenggara, dari arah Deles, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Sejarah geologi

Imej satelit Gunung Merapi. Diambil pada 2003 by NASA [sunting] Letupan 1992

Status terkini
[sunting] 2006

Di bulan April dan Mei 2006, mulai muncul tanda-tanda bahwa Merapi akan meletus kembali, ditandai dengan gempa-gempa dan deformasi. Pemerintah daerah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta sudah mempersiapkan upaya-upaya evakuasi. Instruksi juga sudah dikeluarkan oleh kedua pemda tersebut agar penduduk yang tinggal di dekat Merapi segera mengungsi ke tempat-tempat yang telah disediakan.

Pada tanggal 15 Mei 2006 akhirnya Merapi meletus. Lalu pada 4 Juni, dilaporkan bahwa aktivitas Gunung Merapi telah melampaui status awas. Kepala BPPTK Daerah Istimewa Yogyakarta, Ratdomo Purbo menjelaskan bahwa sekitar 2-4 Juni volume lava di kubah Merapi sudah mencapai 4 juta meter kubik - artinya lava telah memenuhi seluruh kapasitas kubah Merapi sehingga tambahan semburan lava terbaru akan langsung keluar dari kubah Merapi.

1 Juni, Hujan abu vulkanik dari luncuran awan panas Gunung Merapi yang lebat, tiga hari belakangan ini terjadi di Kota Magelang dan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Muntilan sekitar 14 kilometer dari Puncak Merapi, paling merasakan hujan abu ini. [1]

8 Juni, Gunung Merapi pada pukul 09:03 WIB meletus dengan semburan awan panas yang membuat ribuan warga di wilayah lereng Gunung Merapi panik dan berusaha melarikan diri ke tempat aman. Hari ini tercatat dua letusan Merapi, letusan kedua terjadi sekitar pukul 09:40 WIB. Semburan awan panas sejauh 5 km lebih mengarah ke hulu Kali Gendol (lereng selatan) dan menghanguskan sebagian kawasan hutan di utara Kaliadem di wilayah Kabupaten Sleman. [2]
[sunting] 2010

20 September, Status Gunung Merapi dinaikkan dari Normal menjadi Waspada oleh BPPTK Yogyakarta. 21 Oktober, Status berubah menjadi Siaga pada pukul 18.00 WIB. 25 Oktober, BPPTK Yogyakarta meningkatkan status Gunung Merapi menjadi Awas pada pukul 06.00 WIB. 26 Oktober, Gunung Merapi memasuki tahap erupsi. Menurut laporan BPPTKA, letusan terjadi sekitar pukul 17.02 WIB. Sedikitnya terjadi hingga tiga kali letusan. Letusan diiringi keluarnya awan panas setinggi 1,5 meter yang mengarah ke Kaliadem, Kepuharjo. Letusan ini menyemburkan material vulkanik setinggi kurang lebih 1,5 km.[3] 27 Oktober 2010 Gunung Merapi pun meletus. Dari sekian lama penelitian gunung teraktif di dunia ini pun meletus.


21.30

Pemimpin Harus Bertindak Benar agar Dunia Tentram

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Tak disangka, pertemuan KH Hasyim Muzadi dengan Mbah Maridjan pada tahun 2006 lalu, merupakan pertemuan terakhir Kiai Hasyim dengan Mbah Maridjan.
''Beliau merupakan sosok yang sederhana,'' tandas Sekjen ICIS serta pengasuh pondok Pesantren Al Hikam, KH Hasyim Muzadi, dalam siaran pers yang diterima Republika di Jakarta, Rabu (27/10).
Namun pertemuan Kiai Hasyim dengan Mbah Maridjan yang merupakan Ketua Ranting NU di desanya sangat berkesan bagi sosok mantan Ketua PBNU ini.''Saya menjadi ingat pesan Mbah Maridjan pada tahun 2006 lalu. Beliau berpesan dalam bahasa Jawa. 'Panjenengan sak konco poro piageng, kedah ''temen lan sak temene'' mugi ndonyane tenterem (Pak Hasyim dan para Pembesar harus benar dan bertindak sebenarnya agar dunia tenteram),'' papar Kiai Hasyim Muzadi.

''Hari ini Mbah Maridjan menyerahkan diri kepada Allah SWT dalam keadaan sujud. Seakan memberitahu kita bahwa hanya sujud kepada Allah SWT yang bisa dan harus kita siapkan menghadapi segalanya, karena tak mungkin melalui rekayasa kita,' ungkap Kiai Hasyim Muzadi.
19.37

Sosok Religius yang Selalu Tersenyum

Jakarta - Siapa tak kenal dengan Mbah Maridjan. Pria renta yang merupakan salah satu korban tewas letusan Gunung Merapi ini ternyata adalah sosok yang taat menjalankan ibadah.
Setiap suara adzan berkumandang dari masjid yang terletak tak jauh dari rumahnya, Mbah Maridjan langsung bergegas ke masjid meskipun sedang ada tamu misalnya. Para tamu harus menunggu simbah selesai salat berjamaah, atau sekalian ikut salat di masjid.

Bahkan, saat para warga Dusun Kinahrejo diungsikan, Selasa (26/10/2010), Mbah Maridjan malah memilih tirakat di dalam masjid, berharap agar tidak terjadi bencana di kampung halamannya.

Menurut kerabat dekat Mbah Maridjan, Tutur Wiyarto, Mbah Maridjan adalah sosok yang religius. "Beliau orangnya tidak klenik loh, justru muslim yang sangat taat," kata Agus saat diwawancarai tvOne, Rabu (27/10/2010) kemarin petang.

Hal ini tak cuma terjadi saat merapi bergejolak minggu-minggu ini saja, melainkan pada saat Merapi beraktivitas pada 2006 lalu, sikap religius Mbah Maridjan juga memang sudah terlihat.

Jika tiba waktu salat Dzuhur, Mbah Maridjan langsung ke masjid, setelah itu pria renta ini melakukan aktivitasnya sehari-hari yaitu mencari rumput untuk sapi ternaknya, dan baru pulang di sore hari.

Mbah Maridjan juga tidak sakti mandraguna seperti yang dibayangkan orang. Pria bergelar Raden Ngabehi Surakso Hargo ini juga mengaku bukanlah orang yang sakti. Jika ada orang iseng meminta ilmu atau jodoh, Mbah Maridjan langsung menolaknya, menolak bukan karena pelit tapi memang karena tidak bisa.

Setiap kali didatangi oleh para tamu, meski dia tidak kenal, dia selalu mempersilakan dan selalu tersenyum. Tapi satu yang akhir-akhir ini dia tidak mau lakukan, berfoto bersama.

Seperti yang tampak di tayangan TV beberapa sehari sebelum dia meninggal. Pria yang rambutnya sudah memutih ini tampaka menutupi wajahnya sambil tersenyum malu saat mata kamera ditujukan kepadanya.

Kini Mbah Maridjan telah tiada. Jasa-jasanya akan selalu dikenang sebagai penjaga Gunung Merapi Sampai akhir hayat.

(anw/mad) Detik . com
09.41

Mengunjungi Kaki Merapi dan Rumah Mbah Maridjan

C6202A4Yogyakarta, serasa masih begitu kuat menorehkan kenangan manis saat aku masih “muda”, hehehehe. Apalagi menikmati YK dengan ditemani sang pujaan hati….woooow mantab.  Rasanya sudah kurang lebih 4 tahun lamanya aku terakhir mengunjungi kota ini. Kerinduan seakan terobati dengan hadirnya tugas dinas mengunjungi provinsi Yogyakarta 18-21 Agustus 2009, maka disela-sela waktu menjalankan pekerjaan pasti termanfaatkan secara optimal dan efektif  untuk mereguk keramahan wong Yogya, eh kota Yogya juga he he eh.

B5A01452Salah satu sudut kota ini yang sering membuat kangen adalah suasana Malioboro, ramai dan kekhasan pedagang kaki lima menjajakan dagangannya seakan tak tergantikan oleh suasana dikota lain. Malioboro memang peradaban budaya masa kini yang masih kental dengan nuansa luhur budaya silam. Menikmati hal ini seakan mengundang sebuah fantasi surgawi yang begitu berkesan bagiku.
Memainkan kamera butut yang mengelantung di pinggang akhirnya menjadi keasyikan tersendiri, disela-sela itu melihat beragam barang-barang souvenir juga cukup menghibur sambil menunggu datangnya malam. Melakukan tawar menawar atas beberapa barang-barang untuk oleh-oleh keluarga dan teman tentu sebuah keasyikan tersendiri. Dengan berbekal bahasa jawa kromo ingigil yang aku miliki maka semuanya lancar.
40F40F6FPada tanggal 19 Agustus 2009 seusai makan siang, ketika sedang melakukan kunjungan lapangan di Sleman, maka atas inisiatif teman-teman Yogya akhirnya kami mengunjungi salah satu kaki Gunung Merapi. Setelah sempat beberapa saat kendaraan agak kerja keras karena jalanan menanjak, akhirnya kami sampai pada salah satu jalan yang bernama ROSA. Asal muasal nama jalan ini ternyata berfokus pada sang pemberani; mbah Maridjan.
Setelah kami susuri ternyata jalan tersebut memandu kami menuju rumah mbah Maridjan. Rumah yang cukup besar, khas nuansa pedesaan, namun saya bisa menangkap aura rumah yang begitu kuat akan idialita, semangat dan kesederhanaan para penghuni didalamnya. Hal ini tentu nyambung dengan realitas sosial yang menjadikan mbah Maridjan sebagai tauladan tentang bagaimana menjaga elan vital untuk mengabdi, dengan bertatahkan jiwa dan raga. Sebuah ketulusan dan kepatuhan tanpa sayap kepada sang penguasa. Dedikasi yang syarat akan ajaran profesionalitas seorang penjaga gunung menjadi barang langka pada abad kekinian.
Kami juga disambut bangunan masjid yang cukup bagus, dan khabarnya pembangunannya merupakan penyisihan hasil dari pendapatan mbah Maridjan dari saat membintangi iklan. Kami juga melihat jalan diseputar rumahnya juga sudah di rabat dengan rapi, pemandangan khas kaki gunung dengan aroma lava yang masih terasa.  Beberapa jepretan kamera sempat saya lakukan juga. Setelah mendekat masuk rumahnya saya melihat mbah Maridjan lagi sibuk menerima rombongan tamu dari Surabaya yang ingin mendengarkan pengalaman hidupnya menjaga merapi.
malioboro yogyaKarena mbah Maridjan kurang berkenan untu difoto maka rumah tinggalnya menjadi pelampiasan. Setelah merasa cukup dengan beberapa belas menit mengamat-amati keadaan akhirnya tim bergerak kearah penampungan lava yang terletak diatas bukit sebelah atas rumah mbah Maridjan. Keindahan merapipun akhirnya terabadikan. Sayang waktu tidak begitu banyak memberiku kesempatan karena agenda kerja sudah menanti.


free counters Poetra Sulung Padjadjaran | Create Your Badge